Minggu, 22 Maret 2009

sosiologi perkotaan

kebanyakan orang memang masih bingung dalam menyebut dirinya sendiri, termasuk dalam kategori apakah mereka, jika diajukan pertanyaan termasuk orang desa atau orang kota? mungkin kebanyakan ingin disebut orang kota dan sedikit sekali yang ingin disebut sebagai orang desa. karena selama ini stigma sebagai orang desa itu sangat tidak ilmiah, kampungan, kurang intelek, tidak melek informasi, gagap teknologi, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan steretype negatif. tapi apa benar memang demikian?

kenapa takut hidup?

kadang iseng aja pikiranku ini. masak pernah suatu hari aku pengen mengakhiri hidup? mau tau gak sebabnya? hanya karena kebanyakan utang dan nggak bisa ngebayarnya, aku pernah berpikir untuk mati saja. alangkah naifnya. tapi mungkin tidak hanya aku saja yang merasakan hal ini. terkadang, hidup memang begitu menyebalkan. tidak adil.
entah karena memang situasi yang tidak pernah mau berubah, atau memang kitanya saja yang malas berubah? tapi, tetap saja rasa iri, bahwa terkadang hidup tidak memihak kepada kita, hal tersebut menjadi salah satu kenapa terkadang kita ingin mengakhiri hidup. seakan-akan hidup ini tidak ada nikmatnya.
itu dulu, sebelum aku menemukan salah satu keindahan dalam hidup ini. kamu tahu apa itu? menulis. ya, dengan menulis aku merasa bahwa aku bukanlah satu-satunya manusia di dunia ini yang merasakan permasalahan seperti di atas. dengan menulis, setidaknya aku bisa berbicara bebas dengan siapapun, tanpa harus aku tahu siapa yang aku ajak bicara. terdengar seperti orang gila memang. tapi bukankah memang orang gila yang tidak pernah punya masalah?
seperti misalnya kalau kita nggak bisa makan. dengan menulis perihal makanan, maka perut akan terasa seperti terisi dengan sendirinya. memang lebih sedikit virtual, tapi lumayan menolong lah.
jadi, kalau ada orang yang masih juga ingin mengakhiri hidupnya, aku kira orang tersebut harus secepatnya mendapat pertolongan pertama pada korban. jangan sampai ia merasa sendiri.